LABORATORY BASIC SKILL ASSESMENT IN CHEMISTRY CLASS
Penilaian kinerja (performance assessment) secara sederhana dapat
dinyatakan sebagai penilaian terhadap kemampuan dan sikap siswa yang
ditunjukkan melalui suatu perbuatan. Menurut para ahli penilaian kinerja merupakan penilaian
terhadap perolehan, penerapan pengetahuan dan keterampilan yang menunjukkan
kemampuan siswa dalam proses maupun produk. Penilaian tersebut mengacu pada
standar tertentu.
Terdapat
istilah lainnya yang berkaitan dengan penilaian kinerja yaitu penilaian
alternatif (alternative assessment) dan penilaian otentik (authentic
assessment). Beberapa ahli (Marzano, 1994; Popham, 1995; Bookhart, 2001)
menyatakan bahwa istilah penilaian otentik kadang‑kadang digunakan untuk
menjelaskan penilaian kinerja karena tugas‑tugas asesmennya yang lebih dekat
dengan kehidupan nyata. Istilah penilaian alternatif digunakan untuk penilaian
kinerja karena merupakan alternatif untuk penilaian tradisional‑paper and
pencil test (tes tertulis obyektif).
Standar
diperlukan dalam penilaian kinerja untuk mengidentifikasi secara jelas apa yang
seharusnya siswa ketahui dan apa yang seharusnya siswa dapat lakukan. Standar
tersebut dikenal dengan istilah rubrik. Rubrik dapat dinyatakan sebagai panduan
pemberian skor yang menunjukkan sejumlah kriteria performance pada
proses atau hasil yang diharapkan. Rubrik terdiri atas gradasi mutu kinerja
siswa mulai dari kinerja yang paling buruk hingga kinerja yang paling baik
disertai dengan skor untuk setiap gradasi mutu tersebut. Dengan mengacu pada
rubrik inilah guru memberikan nilai terhadap kinerja siswa.
Selain
dari rubrik, penilaian kinerja terdiri atas komponen lainnya yaitu task (tugas‑tugas).
Task merupakan perangkat tugas yang menuntut siswa untuk menunjukkan
suatu peformance (kinerja) tertentu.
Ada 7 kriteria Untuk mengevaluasi apakah penilaian kinerja
(Performance Assessment) berkualitas atau tidak.
1. Generability: apakah kinerja
siswa dalam melakukan tugas yang diberikan sudah memadai untuk
digeneralisasikan kepada tugas lain.
2. Authenticity: apakah tugas yg diberikan sudah serupa
dengan apa yang sering dihadapi dalam praktek kehidupan sehari-hari
3. Multiple foci: apakah tugas yg
diberikan kepada siswa sudah mengukur lebih dari satu kemampuan yang diinginkan
4. Teachability: tugas yg diberikan
merupakan tugas yg hasilnya makin baik karena adanya usaha mengajar guru di
kelas?
5.
Fairness: apakah tugas yg diberikan sudah adil untuk semua siswa.
6.
Feasibility: apakah tugas yg diberikan relevan utk dapat dilaksanakan (faktor
biaya, tempat, waktu atau alat)
7.
Scorability: apakah tugas yg diberikan dapat diskor dengan akurat dan reliable
?
Penilaian kinerja dapat menilai pengetahuan, sikap, dan keterampilan
siswa. Penilaian kinerja memungkinkan
siswa menunjukkan apa yang dapat mereka lakukan. Hal tersebut didasarkan pada
pertimbangan bahwa terdapat perbedaan antara “mengetahui bagaimana melakukan
sesuatu”‘ dengan mampu secara nyata melakukan hal tersebut”. Seorang siswa yang
mengetahui cara menggunakan mikroskop, belum tentu dapat mengoperasikan
mikroskop tersebut dengan baik. Tujuan sekolah pada hakekatnya adalah membekali
siswa dengan kemampuan nyata (the real world situation). Dengan demikian
penilaian kinerja sangat penting artinya untuk memantau ketercapaian tujuan
tersebut.
Penilaian
kinerja dapat menliai proses dan produk pembelajaran. Pada pembelajaran kimia,
penilaian kinerja lebih menekankan proses apabila dibandingkan dengan hasil.
Penilaian proses secara langsung tentu lebih baik karena dapat memantau
kemampuan siswa secara otentik. Namun seringkali penilaian proses secara
langsung tersebut tidak dimungkinkan karena pengerjaan tugas siswa memerlukan
waktu lama sehingga siswa harus mengerjakannya di luar jam pelajaran sekolah.
Untuk mengatasi hal tersebut, penilaian terhadap proses dan usaha siswa dapat
dilakukan terhadap produk. Misalnya untuk menilai kemampuan siswa membuat
koloid maka guru kimia dapat melihat hasil produk koloid siswa. Melalui produk
tersebut dapat dilihat kemampuan siswa dalam melakukan tahapan pembuatan koloid
dan usahanya. Usaha dan kemajuan belajar mendapatkan penghargaan dalam
penilaian kinerja. Hal tersebut menyebabkan penilaian kinerja memiliki
keunggulan untuk pembelajaran kimia bila dibandingkan dengan tes tradisional
yang berorientasi pada pencapaian hasil belajar.
Penilaian
kinerja memiliki kekuatan apabila dibandingkan dengan penilaian tradisional.
Kekuatan tersebut dapat dirangkum sebagai berikut: 1) siswa dapat
mendemonstrasikan suatu proses, 2) proses yang didemontrasikan dapat
diobservasi; 3) menyediakan evaluasi lebih lengkap dan alamiah untuk beberapa
macam penalaran, kemampuan lisan, dan keteramplian – keterampilan fisik; 4)
adanya kesepakatan antara guru dan siswa tentang kriteria penilaian dan tugas‑tugas
yang akan dikerjakan; 5) menilai hasil pembelajaran dan keterampilan‑keterampilan
yang kompleks; 7.) memberi motivasi yang besar bagi siswa; serta 8) mendorong
aplikasi pembelajaran pada situasi kehidupan yang nyata.
Selain
memiliki kekuatan, penilaian kinerja memiliki juga beberapa keterbatasan yaitu;
1), sangat, menuntut waktu dan usaha; 2) pertimbangan (jadgement) dan
penskoran sifatnya lebih subyektif; 3) lebih membebani guru; dan 4) mempunyai
reliabilitas yang cenderung rendah. Meskipun penilaian kinerja memiliki
keterbatasan, penilaian kinerja tetap perlu dilaksanakan pada pembelajaran
kimia untuk mengatasi kelemahan dari tes dalam menilai siswa.
Perangkat
penilaian kinerja sebaiknya dikembangkan melalui uji coba dalam pembelajaran.
Guru kimia dapat menguji dan mengembangkain task (tugas) dan rubrik penilaian
kinerja agar cocok dengan kondisi di kelasnya serta sesuai dengan kemampuan
siswa. Ujicoba dapat dilakukan sambil guru mengajar di kelas. Hasil uji coba
tersebut dapat dijadikan sebagai dasar perbaikan perangkat penilaian kinerja
agar menjadi lebih feasible (dapat dikerjakan), lengkap dan aman
dilakukan.
Beberapa
pedoman untuk memeriksa kualitas perangkat penilaian kinerja dapat dikemukakan
sebagai berikut: 1) esensial dan valid (dihubungkan dengan standar dan tujuan
utama kurikulum); 2) otentik (problem dan proses mendekati atau sesuai dunia
nyata); 3) Integratif (menuntut integrasi pengetahuan, konsep, sikap dan
kebiasaan berpikir). 4.) pengukuran bersifat open ended (merangsang
munculnya pertanyaan‑pertanyaan sepanjang pengerjaan tugas); 5) problem menarik
bagi siswa dan memerlukan ketekunan; 6) mendorong siswa menjadi pemikir yang
divergen dan bijaksana; 7).feasible (aktivitas aman bagi siswa dan dapat
dikerjakan); 8) penilaian mengikuti keragaman gaya belajar siswa; 9) penggunaan
kelompok kerja dapat merangsang proses berpikir individual; 10) akuntabilitas
individual (meskipun digunakan kelompok kerja, kinerja individual harus mudah
diobservasi); 11) terdapat sejumlah definisi (bila diperlukan) dan petunjuk
yang jelas, 12) pengalaman siswa menjadi umpan balik untuk siklus perbaikan;
13) siswa memiliki beberapa format pilihan cara untuk mempresentasikan produk
akhir, 14) kriteria kualitas jelas bagi siswa sejak awal kegiatan; 15) panduan
penskoran harus mudah digunakan.
Metode-metode
yang dapat digunakan untuk penilaian kinerja antara lain: observasi; 2)
interviu, 3) portofolio; 4) penilaian essay; 5) ujian praktek (practical
examinatian); 6) paper; 7) penilaian proyek; 8), kuesioner, 9) daftar cek (checklist),
10) penilaian oleh teman (peer rating); I I) penilaian diskusi; dan
12) penilaian jurnal kerja ilmiah siswa.
Langkah‑langkah
utama yang perlu ditempuh ketika menyusun penilaian kinerja yaitu: 1)
menentukan indikator kinerja yang akan dicapai siswa; 2) memilih fokus asesmen
(menilai proses/prosedur, produk, atau keduanya), 3) memilih tingkatan realisme
yang sesuai (menentukan seberapa besar tingkat keterkaitannya dengan kehidupan
nyata); 4) memilih metode observasi, pencatatan dan penskoran; 5) mengujicoba
task dan rubrik pada pembelajaran; serta 6) memperbaiki task dan rubrik
berdasarkan hasil ujicoba untuk digunakan pada pembelajaran berikutnya.
Berikut
ini akan disajikan contoh rubrik penilaian dan format penilaian kinerja dalam
bentuk daftar cek.
Contoh 1.
Rubrik untuk Pencapaian kompetensi Kriteria pemberian skor
Kriteria pemberian skor
Dimensi
yang dinilai : pencapaian kompetensi/ tujuan pembelajaran Kimia
Tingkat
pencapaian (skor )
Istimewa (4)
: Tujuan/kompetensi dapat dicapai sepenuhnya dan
prtumbuhan siswa sangat terarah kepada pencapaian tujuan
Baik
(3) :
Sebagaian besar tujuan/kompetensi dikuasai dengan baik dan pertumbuhan siswa
terarah pada pencapaian tujuan.
Cukup
(2) : Hanya sebagain
kecil saja kompetensi yang dapat dicapai siswa dan pertumbuhan siswa siswa
kurang terarah pada pencapaian kompetensi tersebut.
Kurang (1)
: Tidak terdapat adanya
tanda-tanda pencapaian tujuan/kompetensi yang diharapkan.
|
Untuk
keperluan pengisian raport, skala penilaian 1,2,3,4 pada contoh 1 tersebut
dapat diubah ke dalam skala 5,6,7,8 dsb. Rubrik kriteria pemberian skor di atas
ditujukan untuk memberi skor pencapaian kompetensi tertentu berdasarkan hasil
pemeriksaan terhadap pekerjaan siswa.
Coutoh 2.
Rubrik untuk Penilaian Kemajuan Belajar
Kriteria pemberian skor
Dimensi
: Kemajuan dan
perkembangan siswa pada pembelajaran kimia
Deskripsi
: Siswa menunjukan kemajuan dan
perkembangan konsep kimia dan berbagai keterampilan.
Kemajuan
sesuai dengan tujuan pembelajaran
|
Seperti
contoh sebelumnya, skala penilaian 0,1.2,3,4 pada contoh rubrik ini dapat
diubah ke dalam skala 5,6,11,8,9 atau diubah sesuai keperluan. Untuk keperluan
pengisian nilai raport, hasil penilaian pada contoh 1 dan contoh 2 dapat
dirata-ratakan sehingga diperoleh satu nilai.
Penilaian
kinerja sering dilakukan dengan menggunakan daftar cek dan skala penilaian.
1.
Daftar Cek
Penilaian
kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya‑ tidak). Pada
penilaian kinerja yang menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat
nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh guru. Jika
tidak dapat diamati,siswa tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah
penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar‑salah, dapat diamati‑tidak
dapat diamati. Dengan dernikian tidak terdapat nilai (kemampuan) tengah.
2.
Skala Penilaian
Penilaian
kinerja menggunakan skala rentang memungkinkan guru untuk memberi nilai tengah
terhadap penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai secara kontinuum
di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala rentang tersebut,
misalnya, sangat baik‑baik‑cukup‑kurang. Penilaian sebaiknya dilakukan
oleh lebih dari satu penilai agar faktor subjektivitas dapat diperkecil dan
hasil penilaian lebih akurat. Penilaian dengan skala penilaian yang baik pada
dasamya masih harus dilengkapi dengan rubrik. Rubrik diperlukan untuk
mendeskripsikan kinerja pada setiap kategori: sangat baik‑baik‑cukup‑kurang agar
hasil penilaian konsisten dan obyektif.
Contoh 3.
Penilaian Kinerja dalam Bentuk daftar Cek
Nama siswa
: ……………………..
Kelas
: ……………………..
No.
|
ASPEK/KINERJA YANG DIHARAPKAN
|
Penilaian
|
Ket
|
|
Ya
|
Tidak
|
|||
|
I. PERSIAPAN PRAKTIKUM
|
|
|
|
1.
|
Membawa perlengkapan praktikum
(alat/bahan yang ditugaskan)
|
|
|
|
2.
|
Memakai jas lab dan berpenampilan
rapi
|
|
|
|
|
II.
SELAMA KEGIATAN PRAKTIKUM
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Mengambil bahan dengan rapi tidak
berceceran
|
|
|
|
4.
|
Mengambil bahan praktikum sesuai
kebutuhan
|
|
|
|
5.
|
Mengoperasikan alat dengan benar
|
|
|
|
6.
|
Menggunakan alat dan bahan sesuai
prosedur praktikum
|
|
|
|
|
B. Kemauan, keterampilan
mengamati menganalisis dan menyimpulkan hasil praktikum
|
|
|
|
7.
|
Memfokuskan perhatian pada
kegiatan praktikum/tidak mengajarkan hal-hal lain yng tidak berhubungan
dengan prosedur praktikum
|
|
|
|
8.
|
Memiliki minat/interes terhadap
aktivitas praktikum
|
|
|
|
9.
|
Terlibat secara aktif dalam
kegiatan praktikum
|
|
|
|
10.
|
Mengamatai hasil praktikum dengan
cermat
|
|
|
|
11.
|
Menafsirkan hasil pengamatan
dengan benar
|
|
|
|
12.
|
Menyajikan data secara sistematis
dan komunikatif
|
|
|
|
13.
|
Menganalisis data secara induktif
|
|
|
|
14.
|
Membuat kesimpulan yang sesuai
dengan hasil praktikum
|
|
|
|
|
III.
KEGIATAN AKHIR PRAKTIKUM
|
|
|
|
1.
|
Membersihkan alat yang telah
dipakai
|
|
|
|
2.
|
Membersihkan meja praktikum dari
sampah dan bahan yang telah dipakai
|
|
|
|
3.
|
Mengembalikan alat ke tempatnya
semula dalam keadaan kering
|
|
|
|
PERTANYAAN:
pada saat praktikum di laboratorium. peserta didik cenderung bekerja dalam kelompoknya dengan membagi-bagi tugas sesuai prosedur praktikum yang ditentukan gurunya. lalu bagaimana cara guru disini dalam menilai keterampilan dasar laboratorium jika peserta didik membagi-bagi tugas dengan tujuan agar praktikum cepat selesai. !
dalam masalah ini,hendaknya guru mengambil peran untuk mengontrol agar kejadian tersebut tidak terjadi. Karena jika siswa membagi-bagi tugas,maka akan ada siswa lainnya yang tidak tahu dengan suatu proses pada saat praktikum karna hanya fokus pada 1 hal. Maka dalam hal ini guru tidak bisa melakukan penilaian karna pekerjaan yang dilakukan siswa tidak menyeluruh hanya sebagian saja. Karna sesungguhnya waktu untuk praktikum pasti telah disesuaikan dan di sesuaikan pula dengan RPP yang artinya untuk 1 praktikum guru telah mengetahui waktu yang ada akan cukup tnpa harus membagi-bagi lagi didalam kelompok.
BalasHapusSebenarnya disini peran guru dalam mengkondisikan peserta didiknya. penilaian tetap dilakukan namun yang menjadi masalah nantinya adalah apakah semua siswa akan paham dan mengerti tentang semua kegiatan praktikum yang mereka lakukan jika praktikumnya dibagi-bagi dengan alasan cepat selesai. maka hal ini justru akan berdampak kepada siswa.
BalasHapusdalam hal ini guru tetap harus menilai keterampilan dasar laboratorium untuk nilai kelompok karna peserta didik bekerja dalam kelompok. Namun yang dikhawatirkan peserta didik tidak semuanya akan paham dan mengerti tentang semua kegiatan praktikum yang mereka lakukan karna adanya pembagian tugas. nah disinilah peran guru dalam menkondisikan peserta didik, guru harus memastikan bahwa tiap-tiap peserta didik mampu melakukan tiap kegiatan yang ada dalam prosedur praktikum.
BalasHapuspembagian tugas kerja sangat baik,, seharusnya siswa diberi apresiasi... karena siswa kreatif membuat pembagian kerja.... ada bagian "kolaboratif" yang terlihat. tetapi disarankan agar setelah pembagian tugas siswa melakukan sharing. gurulah yg harus bisa mengarahkan. untuk menilai hal tersebut dapat melakukan memberikan tugas portofolio, seperti membuat laporan praktikum. karena dengan begitu siswa akan mengingat kembali dan bertanya pada kelompoknya.
BalasHapusMenurut saya dalam hal ini guru tetap harus menilai keterampilan dasar laboratorium untuk nilai kelompok karna peserta didik bekerja dalam kelompok. Tapu yang dikhawatirkan peserta didik tidak semuanya akan paham dan mengerti tentang semua kegiatan praktikum yang mereka lakukan karna adanya pembagian tugas. nah disinilah peran guru dalam menkondisikan peserta didik, guru harus memastikan bahwa tiap-tiap peserta didik mampu melakukan tiap kegiatan yang ada dalam prosedur praktikum
BalasHapusmenurut saya didalam praktikum kerja tim itu sangat berpengaruh, jadi didalam tim membutuhkan pembagian kerja. jadi menurut saya pembagian kerja dalam praktikum itu boleh dilakukan karena sebelum siswa melakukan percobaan siswa telah mengetahui bersama timnya prosedur percobaan. maka siswa akan membagi kerja contoh dalam satu kelompok terdapat 5 orang siswa akan melakukan praktikum tentang koloid. maka hal pertama siswa membaca prosedur kerja kemudian satu orang siswa menjadi no tulis percobaan, yang satu siswa lagi mengambil alat yang akan digunakan, yang satu lgi mengambil bahan yang akan digunakan dan setelah terkumpul alat yang dibahan yang akan digunakan makan dua orang yang tersisa merangkai alat dan melakukan percobaan secara bersama.
BalasHapusjadi peran guru dalam mengontrol dan menilai kerjasama dalam tim pada saat pratikum hasul jeli.
Dalam praktikum dan kerja kelompok di laboratorium kimia guru dapat melakukan penilaian dg lembar observasi dan rubrik penilaian praktikum.
BalasHapusKegiatan praktikum kimia dinilai dari berbagai aspek spt kerja sama, ketepatan, ketelitian, dan hasil praktikum. Guru harus terus memantau dan memonitor praktikum kimia
saya setuju dengan pendapat rifka bahwa pembagian kerja dalam praktikum itu boleh dilakukan karena sebelum siswa melakukan percobaan siswa telah mengetahui bersama timnya prosedur percobaan. tetapi jika peserta didik membagi-bagi tugas dalam praktikum dengan tujuan agar praktikum cepat selesai maka dikhawatirkan mereka tidak akan paham dengan kegiatan praktikum tersebut. dalam hal ini guru harus lebih mengontrol/memperhatikan peserta didiknya dalam melakukan praktikum. menurut saya guru tetap harus menilai keterampilan dasar laboratorium untuk nilai kelompok karena peserta didik bekerja dalam kelompok.
BalasHapusselain lembar observasi guru juga bisa menilai melalui metode ujian praktek atau prestest-postest dan lainnya untuk menunjang penilaian observasinya
BalasHapusSebenarnya konsep pembagian tugas cukup baik, hanya saja memang mesti diperhatikan agar seluruh siswa mengerti setiap bagian/tahapan/fase dalam praktikum yang dilakukan. Untuk hal ini sebaiknya guru tetap menilai keterampilan dasar laboratorium untuk nilai kelompok mengingat siswa belajra berkelompok. Mengenai pembagian tugas sendiri bisa diatasi dengan posisi guru yang bisa menkondisikan siswa, sehingga bukan hanya mengetahui kerja/job dia saja, tpi juga mahir untuk setiap fase kegiatan praktikum
BalasHapus